Sabtu, 12 Oktober 2013

Badai (Belum) Berlalu

Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI. Kata-kata motivasi itu saya dapat dari salah satu Page di Facebook. Kebetulan, temanya 'mengena' banget dalam hidup saya. Ya, saya dan keluarga kecil sempat mengalami badai topan tsunami kehidupan yang tiada disangka-sangka sebelumnya. Saya gak bisa menceritakan sedetil mungkin karena masalah tersebut menyangkut harga diri, harkat dan martabat seseorang dan keluarga. Hmm...betapa pun perbuatan seseorang itu 'sanggup' memporakporandakan ketenangan hidup lahir dan batin, tapi saya harus tetap menghormati beliau tanpa pengecualian. Ironis sih kalo dipikirkan. But, what else can  I do ? Kira-kira gitu sih gaya londo nya hehe...
Intinya kami harus menjadi 'tameng' dalam menghadapi perseoalan yang dihadapi si fulan, sebut saja nama seseorang itu. Tidak mudah dan memang tidak begitu mudah menghadapi beban sebegitu beratnya di saat itu. Notabene, dalam keterpurukan tersebut, saya pun berulang kali harus terus memberi pengertian kepada anak-anak yang belum tahu betul arti kejamnya kehidupan. Tidak terhitung lagi, berapa banyak air mata yang mengalir, derita batin, onak duri hallaahh... lebayy, jadi cedih lagiii ah sroott sroott hihihi... Alhamdulillah, saya dikaruniai seorang ibu yang super tangguh, saudara dan keluarga besar yang selalu menjaga agar saya bisa 'berdiri tegar', hingga saat ini.
Eh, baru ingat nih, kek nya tulisan saya kali ini cucok deh dengan salah satu momen beharga semua umat muslim di dunia beberapa hari mendatang, yaitu hari raya Idul Adha atau lebih dikenal dengan hari raya kurban. Makna kurban mungkin salah satunya seperti yang kami alami ini. Mengurbankan seluruh jiwa dan raga demi kepentingan bersama ? Hmmm..well done and will be done ! Insya Allah. Terlepas dari benar ato tidaknya interpretasi saya mengenai makna kurban itu sendiri, semua pasti ada hikmahNya. Walaupun untuk ikhlas dan istiqomah gak segampang membolak-balikkan telapak tangan, saya masih harus belajar banyak untuk itu.
Dan badai itu pun belum sepenuhnya berlalu. Dan saya bersama keluarga kecil pun harus tetap bersabar meniti tiap langkah kehidupan ke depannya. Dan hanya kepada Allah SWT jualah, kami menyerahkan segalanya. Mudah-mudahan KEMURAHAN HATI kami akan berbuah 'manis' dan 'indah' pada waktunya, aamiin....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar