Sabtu, 21 November 2009

Rejeki oh Rejeki

Melihat perkembangan anak2 merupakan rejeki yang sering terlupakan. Rejeki identik dengan uang dan harta. Betul ? Kalo pendapatan lagi seret dah ultimatum bahwa rejeki lagi seret. Kalo ada harta yang hilang dah harga mati bahwa itu bukan rejeki. Gak juga salah sih tapi kayaknya terlalu materialistis n naïf banget kayaknya kalo hanya itu ukuran yang dipake buat menyimpulkan yang namanya ‘si rejeki’.

Badan yang sehat, keluarga yang rukun, anak-anak yang sehat dan segala kenyamanan dan keberkahan yang kita rasakan bisa dikategorikan rejeki. “Anehnya’ kita sering gak menyadari sama sekali hal itu. Dalam pikiran kita dah terdoktrin paham rejeki material. Susah mau mengubahnya, dah agak karatan kayaknya hehe..Tapi..gak ada kata terlambat kan. Kata orang ahli segala sesuatu yang dilakukan rutin selama 3 bulan akan menjadi kebiasaan yang mengakar. Nah, kenapa kita gak mencoba dari sekarang. Syukur2 tiga kali ganti lembar kalender, kita dah jadi ‘manusia baru’ hehe..emangnya Power Rangers, berubah !! ;p

Melihat kembang tumbuh anak2 menimbulkan kekaguman yang luar biasa sekaligus mensyukuri rejeki yang diberikan Allah. Suatu hari jagoan kecil saya, Ifan seperti biasa ‘hobi’ mencoret-coret alias menggambar ‘sekaliber’ anak2. Gak dipungkiri bakat menggambar itu turun dari mama nya ehem..ehem..mulai tuh narsis nya J Kekaguman melihat hasil coretannya tak pernah luput dari hati ini. Dan kekaguman itu semakin membuncah ketika Ifan mulai ‘serius’ dengan ‘karyanya’. Ifan yang biasanya menggambar atau menulis angka atau huruf, ternyata bisa dibilang lebih naik levelnya dengan menuliskan penjumlahan, dan hasilnya bener !! Allahu Akbar yang menciptakan otak jagoan kecilku. Memang masih penjumlahan yang sederhana, tapi cukup membuat kakak dan si ibu Ifan terpana. Wonderful !!

Saya pun menerapkan pemahaman rejeki ini kepada anak2 walau mungkin bagi mereka masih dalam batas meraba alias belum nyambung bener hehe..Namun setidaknya dari dini, mereka harus tahu bahwa rejeki gak melulu diukur dari banyaknya harta. Kebahagiaan batin itu rejeki yang utama cie…cukucuk kucuk heheh…

Jumat, 20 November 2009

Menanti Jawaban dari Do'a dan Dosa

Hidup manusia pada hakekatnya menanti jawaban dari do'a dan dosa. Pendapat tersebut saya simpulkan diumur segini, mmm.... butuh waktu lama yah... Dari buku Kubik Leadership yang saya baca ( ehem...Pudji, thanks buat pinjamannya ), hukum kekekalan energi akan selalu berlaku sampai kapan pun. Segala perbuatan akan ada akibat yang setimpal. Al Qur'an sudah begitu lama menyinggung hal tersebut. Perbuatan sekecil apapun akan dimintai pertanggung jawabannya. Baik itu akan 'kontan' dibayar begitu kita melakukan perbuatan atau nanti2.
Selain jawaban dari dosa yang akan kita alami, do'a2 kita pun gak selamanya akan terjawab. Ada yang langsung, ada yang 'nyicil' tapi ada juga yang bener2 gak bakal sampe. Itu semua hak istimewa Allah dalam menggariskan takdir kepada umat Nya.
Dalam sehari2, kita sering mengalami hal2 yang begitu dinamis, ups and downs, senang sedih, marah sayang, dan sebagainya.
Ada beberapa kejadian yang akan saya bagi kepada pembaca. Hal sepele sih tapi hikmahnya begitu besar. Bukan rahasia umum lagi kalo kita menyisihkan uang di 'pos sedekah' seringnya setelah dikurangi biaya2 rutin plus hiburan, syukur2 ada 'sisa'nya. Nah ! Dengan kata lain, uang sedekah keluar dari keikhlasan yang penuh perhitungan. Mmmm..what a word ! Bertolak belakang, tapi yah itu kenyataannya.
Suatu ketika dalam perjalanan pulang, di perempatan lampu merah ada seorang anak kecil penjual koran menjajakan dagangannya. Kadang2 kalo lagi 'baek' alias gak sakit heheh..saya membagi rejeki sekadarnya. Seperti saat itu dia kembali menghampiri saya karena beberapa hari sebelumnya saya dah janji mau bagi rejeki lagi. Saya rogoh saku kanan mmm...sepuluh ribu ..pikir2..kayaknya kebanyakan deh...rogoh lagi dalem dompet, nah...ada lima ribu ! Dengan 'luwes'nya, uang itu pun berpindah ke tangan si anak. Plong hati ini dah memenuhi janji dan bersedekah ....dengan perhitungan ! Sesampainya di rumah, setelah membereskan segala perabot dalam my old car tiba2...mmm...you know what ?! I miss my ten thousands !! Saya bingung dan bertanya2 sendiri kemana 'kaburnya' ? Bukan masalah uangnya (alah ! wong itu aja dicari heheh..) tapi keheranan yang membuncah di sela2 relung hati (novel banget !). Saya langsung tersadar (kali ini sinetron banget :), ini 'jawaban' dari 'dosa' sedekah saya tadi. Mbok ya yang namanya sedekah jangan pake2 perhitungan lagi, dengan bismillah seharusnya 'niat busuk' gak ada lagi. Tapi Allah Maha Penyayang, Dia selalu 'menegur' dengan caraNya sendiri. Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan untuk selalu menilai diri sendiri untuk menjadi lebih baik, mudah2an.
Di hari Jum'at ini, ijinkan saya berbagi pencerahan ( i hope so ) lagi.. semoga bermanfaat..

Selasa, 17 November 2009

Ayo ..Kamu Bisa !!

Kemaren saya minta ijin ‘gak masuk kerja karena bener2 urgent. Meski surat ijin cuti belum diambil dari bagian kepegawaian tapi saya meminta belas kasihan dari kepala sub bagian di kantor. Bersyukur karena gak sampe beg on my knees dan menghiba-hiba agar dikeluarkan ijinnya hehe…makasih boss . Seseorang yang kooperatif juga.
My hubby sedang gak di sini, mengadu nasib ke pulau seberang alah…segitunya. Saya bener2 kehilangan beliau karena…gak ada yang mengantar anak2 sekolah !! xixixi… Mobil tua sedang trouble. Yang tersisa motor matic dan sepeda anak2.
Sedari dulu saya penasaran untuk mengendarai motor. Prinsip saya kalau kita dikasih harta notabene kendaraan harus bisa menggunakan dan memanfaatkan sebaik2nya. Dah banyak kejadian sekitar kita, punya mobil selusin, motor sekodi eh gak bisa make, sayang kan? Istilah wong Palembang : patah kaki.
Walau misua sering melarang saya belajar motor, tapi saya tetep merasa tertantang. Kayaknya beliau trauma dengan pengalaman sepupu saya yang pernah jatuh waktu belajar mengendarai motor. Suatu kejadian pernah saya alami. Suatu ketika misua gak ada, mobil tak punya, motor untung ada heheh..tapi berhubung gak bisa make terpaksalah saya dan anak2 marathon jarak pendek. Capek deh. Sejak itu saya bertekad, apapun yang terjadi, saya harus bisa ! Sering saya curi2 latihan sendiri di jalan sekitar rumah. Alhamdulillah bisa bo’.
Melihat keberanian dan ‘kebandelan’ istri tercinta (pede !), akhirnya luluh juga hati misua. Misua pun membeli motor matic dan menjual motor yang lama, dengan alasan lebih aman untuk dikendarai. Hmm..gak sia2 perjuangan saya hehe…Terlebih saat ini, misua gak ada trus mobil tua ‘kambuh’, saatnya motor beraksi. Dengan memberanikan diri, saya dengan sukarela plus bahagianya ‘turun gunung’ mengantar anak2 ke sekolah yang gak jauh dari rumah. Trus, mencoba ke ‘gunung’ berikut hehe..melebarkan jalan ke rumah Mama yang lumayan dekat tapi harus melewati jalan raya.
Mama menyambut dengan duka cita hehehe…cemas cuy !! Beliau khawatir karena mungkin saya masih amatiran, SIM pun belum ada di dompet ups…para polisi, ma’afkan daku yah..minimal pake helm dulu kan heheh…
Kesimpulannya, saya mengajak pembaca untuk harus memberanikan diri dalam hal apapun, karena ketakutan bisa dilalui dengan melewatinya ! Bukan bermaksud riya’, sombong ataupun angkuh, tapi kadang2 keadaan memaksa kita harus bisa ? Propaganda mak2 nih hehe..Good luck !!