Rabu, 16 Oktober 2013

Daur Ulang


Mau tau kiat super hemat mendekati pelit ? Ck ck ck...Yang jelas sekarang ini kita kudu pinter menyiasati harga2 barang yang beranjak naik2 ke puncak gunung. Salah satunya dengan memanfaatkan amplop plastik undangan pernikahan contohnya. Loh ? Mau diapain ? Di jaman yang serba canggih ini gak aneh lagi kalo dalam satu rumah punya beberapa gadget, mulai dari hape odong2, android canggih, smartphone, dan sebangsanya. Bahkan satu manusia pun bisa punya seabreg2 gadget. Belum lagi 'anak cucu cicitnya' alias charger, headset maupun kabel data. Daripada kita beli lumayan mahal organizer untuk menyimpan benda2 tersebut, ada baiknya kita melirik undangan2 yang berdatangan ke kita. Biasanya undangan itu disertai dengan amplop plastik yang bening itu kan ? Naaah...manfaatin aja 'mereka' itu sebagai organizer yang gretongan. Dijamin, kita lebih gampang mencari or mengambil tanpa perlu susah harus merapikan kabel2 yang saling tumpang tindih. Kalo perlu tiap kantong dikasih label untuk lebih mempermudah lagi. 

Bagaimana sodara2 ? Berminat ? 😄

Cobek Alias Gilingan Cabe

Haiiyoooo, tunjuk idung eh tunjuk tangan siapa yang gak tau sama benda satu ini ? Pasti semua juara deh ! Yaaaak, anda benaarrrr !! Itu namanya cobek kata orang Jawa atau gilingan cabe or gilingan bumbu kata orang sini or wong Plembang. Biar kate jaman dah pada canggih ni ye (gaya betawi sikit hihi...), tapi barang antik bin tradisional ini tetep aja masih setia dipake. Karena menurut sebagian people (sok linggis eh inggris pula nih), ada perbedaan rasa antara antara bumbu2 yang digiling manual alias menggunakan energi manusia sama energi listrik. Beda rasanya hmm..jujur saya mah gak prof gitu soal icip-icip. Katanya kalo masakan hasil racikan bumbu halus dari cobek, berasa lebih enyak-enyak gitu alias maknyus seperti jargon Pak Bondan. Kalo hasil 'goyangan' blender agak2 gak berasa amat aroma bumbunya. Mungkin goyangannya terlalu hot kali ya hehe...
Saya pribadi sih termasuk pemakai setia cobek. Alasannya, pertama : hemat listrik, kedua : penghuni rumah hanya berapa gelintir, ketiga : alamiah, keempat : naah.. ini dia, rasanya ada sensasi gimanaa gitu..melihat dari butiran2 utuh kek bawang merah, bawang putih, kemiri, dan 'teman2nya', kemudian digiling menggunakan tangan saya sendiri (gak mungkin tangan tetangga apalagi orang seberang kan ? Pasti minta bayaran hihi...), kemudian menjadi haluussss taraaaaaaaa....!! Bukan sulap, bukan sihir !  Gak percaya, nih saya buktikan dengan memamerkan ketiga photo dibawah ini ;) (Gak penting sih, tapi seneng aja 'pamer' hasil kerajinan tangan sendiri ^_^)
sebelum bumbu2 dieksekusi

 proses eksekusi
setelah bumbu2 dieksekusi

Minggu, 13 Oktober 2013

Catatan Termanis yang Tertinggal

Ini liburan saya dan keluarga tahun 2013 sebelum bulan puasa tadi. Dikarenakan kesibukan dan rutinitas, baru sempat sekarang nulis dan publikasinya. Semenjak adik satu2nya dan suaminya hijrah ke kota Medan, kota tersebut telah menjadi tujuan utama liburan. Syukur alhamdulillah, ada rejekinya main ke sana. Kebetulan 'rombongan' dari Palembang itu terdiri dari mama dan anak2 tentunya. Itu mah bukan rombongan kaleee hehe...Sedangkan misua gak ikutan karena sedang ada tugas yang gak bisa ditinggalkan. Dobel syukur lagi karena dari mulai datang sampe pulang lagi hmmm....servisnya superb alias bener2 memuaskan sangatttt....Pokoknya selama di sana hmmm....serasa merasa dirasa bak tamu VIP ajah ! Kalo bisa mah tiap tahun ajah mengagendakan liburan ke sana hihi.. maunyaaa..Makasih banyak ya sist and fam, mudah2an Allah SWT memberikan dan memberkahi lagi rejeki dan karunia yang lebih lagi, aamiin...
Sebenernya banyak sih photo2 bidikan saya maupun adik tercinta, tapi sementara yang ini dulu yaaa.... Nyok 'selamat menikmati' suguhan 'oleh2' dari Medan ! Yang pasti it's the most luxurious journey that I've ever got ! Again, thank you so much for my sister. Selalu teriring do'a mudah2an Allah SWT memberi kesempatan untuk membalas budi baik mereka, aamiin...
pulau samosir...
view danau toba dari bungalow tempat kami menginap hmmm..

Sabtu, 12 Oktober 2013

Badai (Belum) Berlalu

Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI. Kata-kata motivasi itu saya dapat dari salah satu Page di Facebook. Kebetulan, temanya 'mengena' banget dalam hidup saya. Ya, saya dan keluarga kecil sempat mengalami badai topan tsunami kehidupan yang tiada disangka-sangka sebelumnya. Saya gak bisa menceritakan sedetil mungkin karena masalah tersebut menyangkut harga diri, harkat dan martabat seseorang dan keluarga. Hmm...betapa pun perbuatan seseorang itu 'sanggup' memporakporandakan ketenangan hidup lahir dan batin, tapi saya harus tetap menghormati beliau tanpa pengecualian. Ironis sih kalo dipikirkan. But, what else can  I do ? Kira-kira gitu sih gaya londo nya hehe...
Intinya kami harus menjadi 'tameng' dalam menghadapi perseoalan yang dihadapi si fulan, sebut saja nama seseorang itu. Tidak mudah dan memang tidak begitu mudah menghadapi beban sebegitu beratnya di saat itu. Notabene, dalam keterpurukan tersebut, saya pun berulang kali harus terus memberi pengertian kepada anak-anak yang belum tahu betul arti kejamnya kehidupan. Tidak terhitung lagi, berapa banyak air mata yang mengalir, derita batin, onak duri hallaahh... lebayy, jadi cedih lagiii ah sroott sroott hihihi... Alhamdulillah, saya dikaruniai seorang ibu yang super tangguh, saudara dan keluarga besar yang selalu menjaga agar saya bisa 'berdiri tegar', hingga saat ini.
Eh, baru ingat nih, kek nya tulisan saya kali ini cucok deh dengan salah satu momen beharga semua umat muslim di dunia beberapa hari mendatang, yaitu hari raya Idul Adha atau lebih dikenal dengan hari raya kurban. Makna kurban mungkin salah satunya seperti yang kami alami ini. Mengurbankan seluruh jiwa dan raga demi kepentingan bersama ? Hmmm..well done and will be done ! Insya Allah. Terlepas dari benar ato tidaknya interpretasi saya mengenai makna kurban itu sendiri, semua pasti ada hikmahNya. Walaupun untuk ikhlas dan istiqomah gak segampang membolak-balikkan telapak tangan, saya masih harus belajar banyak untuk itu.
Dan badai itu pun belum sepenuhnya berlalu. Dan saya bersama keluarga kecil pun harus tetap bersabar meniti tiap langkah kehidupan ke depannya. Dan hanya kepada Allah SWT jualah, kami menyerahkan segalanya. Mudah-mudahan KEMURAHAN HATI kami akan berbuah 'manis' dan 'indah' pada waktunya, aamiin....